Review Seadanya: Gadis Kretek (2023) Seribu Peluk untuk Jeng Yah!
Gadis Kretek sudah tayang di Netflix!
Sejak pertama kali tahu ada buku Gadis Kretek beberapa bulan lalu, langsung tertarik tanpa basa-basi. Waktu itu diantar mama beli di toko buku sejuta umat, pulang langsung dibaca sampai habis. Terkejut, kagum, merinding disaat yang bersamaan! Hands down, Mbak Ratih!
Waktu tahu Gadis Kretek bakal tayang di Netflix, langsung cari tahu banyak soal Kota M, Kretek Gadis, Djagad Raja, semuanya. Sambil terus membayangkan gambaran asli toko kecil yang menjual Kretek Gadis dan suk-suk penjualnya yang rambutnya tinggal sehelai.
— — —
Betapa senangnya karya itu berbentuk serial. Puas. Namun kepuasannya berbeda. Puas setelah baca novel, dan puas setelah menonton perawakan Jeng Yah pada Dian Sastro. Bingung mau bagaimana untuk terus mengaguminya dari layar lebar.
Gadis Kretek versi buku dan serialnya berbeda. Jalan ceritanya seakan terus memiliki keterkaitan yang erat. Bersambung dengan sangat indah dan … sudahlah. Habis kata-kata.
Aku juga akan menulis tentang kisi-kisi menonton Gadis Kretek dengan lebih ringkas. Semua orang harus meresapi setiap detik, seperti Jeng Yah terperanjat saat menghirup aroma tembakau kualitas terbaik di masanya. Resap dan dalam.
Dasiyah (Dian Sastro) adalah anak pengusaha kretek di Kota M. Hari-harinya berdampingan dengan barang yang tidak seharusnya berdekatan dengan perempuan. Tidak sengaja, di pasar, ia bertemu dengan pria bernasib sial. Soeraja (Ario Bayu). Seorang pria yatim piatu yang miskin dan lusuh. Pak Idroes (Rukman Rosadi) malah membawanya pulang untuk diperbantukan di rumah.
Hari-hari Soeraja perlahan jadi gemilang. Karirnya melejit di industri Kretek. Jeng Yah kepincut malu-malu. Dengan segala kerendahan hatinya, Raja menyimpan kisah kasih pada satu-satunya penerus perusahaan rokok itu. Ia belum bisa memantaskan diri untuk mendampingi Jeng Yah sehidup semati.
Jeng Yah dan segala mimpinya sebab jatuh cinta pada kretek, Raja dan usahanya mencari jati diri, dan segala kisah di balik tembakau kian pelik. Itu masa-masa yang rumit bagi mereka berdua. Pakem budaya dan konotasi rokok pada perempuan masih sangat tabu.
Kurang lebih begini …
Well-writen Masterpieces
Novel karya Ratih Kumala ini adalah yang terbaik dari yang paling baik — aku sendiri jadi terus membaca novel sejak Gadis Kretek. Bahasa yang dimuat benar-benar mencintai karakter di dalamnya. Pembacanya diperkenalkan Kota M yang sederhana namun menyimpan banyak kisah yang indah. Lantas karya visualnya juga berakhir sama. Kamila Andini dan Ifa Isfansyah kawin!
Tadinya lumayan skeptis karena beberapa kali kecewa ketika novel yang diangkat jadi film malah melenceng dari benang merah cerita aslinya. Namun Gadis Kretek sangat memenuhi ekspektasi. Kisahnya dikemas begitu manis dengan pemeran yang tepat dan berhasil. Nggak ada satu pun karakter yang terabaikan. Semua terasa penting dalam perannya masing-masing. Sinematografi yang dramatis dengan penataan artistik yang memukau patut diacungi sepuluh jempol.
Tenang, ini Dian Sastro
Tak henti-hentinya mengagumi aktris satu ini. Tatapannya bikin merinding, semacam ada rasa takut dimarahi oleh kakak senior. She’s powerful! Jeng Yah menjadi seutuhnya Jeng Yah olehnya, effortlessly. Siapapun tolong nobatkan Mbak Dian sebagai pemeran utama wanita terbaik tahun ini! Terlepas dari ia adalah Dian Sastro, Jeng Yah memang sudah memiliki karakter yang kuat di novel. Memiliki prinsip yang tegas dan independent. Sangat keras kepala percis seperti ayahnya, Idroes Moeria.
Bukan cuma Dian Sastro yang membuat Gadis Kretek sepenuhnya layak dicintai penonton. Pemeran Rukayah (Tissa Biani) dan Purwanti (Sheila Dara) juga menggemaskan di masa remaja. Pak Idroes benar-benar menggambarkan seorang perokok berat dan berdedikasi terhadap tembakau. Putri Marino setelah pengembangan karakternya sebagai Arum juga tak kalah saing dari Mbak Dian. Ario Bayu sebagai Seoraja yang gagah dan berani pun begitu. Namanya saja sudah menampakkan seorang lelaki yang perkasa. Definisi mas-mas jawa yang hot! Sungguh sebuah jebakan. Karya bertabur bintang!
Yes, it is the spin-off! Senang sekali kami disajikan kisah Jeng Yah dengan terpisah. Motivasi hidup yang tinggi akan kemauan besarnya membuat semua orang ingin jadi seperti Jeng Yah. Kebiasaannya menulis buku harian jadi alasan mengapa ia begitu dicintai. Seorang kakak perempuan yang berwibawa dan dewasa.
Tidak mudah melupakan Jeng Yah sang Gadis Kretek. Role model sejuta umat gadis perokok hari ini. Pandanganku akan Jeng Yah langsung berbeda ketika melihatnya dalam serial. Jeng Yah dalam novel nggak semengagumkan yang di series. Satu Indonesia pasti ter-Jeng Yah-Jeng Yah! Peluk jauh atas semangat dan perjuanganmu Mbak yu! Terima kasih sudah memenuhi dahaga dengan karya terbaik sepanjang masa!